Pages

Selasa, Agustus 30, 2011

KEGIATAN KEPUSTAKAWANAN ISLAM

    Pada zaman perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Buku mempunyai nilai yang tinggi. Disamping itu pula berkembang pula perpustakaan-perpustakaan yang bersifat umum. Perpustakaan-perpustakaan dalam dunia Islam dikatakan sudah menjadi aspek budaya yang penting sekaligus sebagai tempat belajar, Sumber pengembangan ilmu pengetahuan, tempat membaca bahkan juga tempat belajar berhalaqah. Oleh karena itu perpustakaan merupakan salah satu tempat pendidikan dan pengajaran dalam sejarah pendidikan Islam. Kegiatan kepustakawanan dalam sejarah umat Islam dalam melakukan kegiatan pengumpulan dan organisasi telah ada. Kegiatan tersebut telah dilakukan oleh an-Nadim dalam karyanya berupa al-Fihrist atau Index an-Nadim dalam karya tersebut mendaftar nama-nama penulis, paling tidak yang diketahuinya baik penerjemah ataupun penulis asli, judul tanggal dan tempat lahir, dll. Indeks ini dilengkapi dengan bahan-bahan sejarah yang sangat penting bagi para ahli abad pertengahan.

  1. Kegiatan Pengumpulan

Dalam masa-masa pertama Islam, buku-buku sangat mahal harganaya karena buku ditulis dengan tangan, ditulis oleh para penyalin yang pintar seni tulis tangan, mereka teliti dan amat dalam menyalin. Oleh karena itu buku-buku hanya dapat dibeli dan dimiliki oleh hartawan dan orang-orang berada yang mereka beli dari karyawan-karyawan muslim. Hartawan di masa lalu sengaja mengangkat penulis untuk menyalin buku yang ada dalam perpustakaan yang mereka kehendaki, dan para penyalin itu diberi upah yang besar. Khalifah al-Ma’mun pernah memberikan kepada juru salin Husein bin Ishaq, berupa emas murni yang beratnya sama dengan berat buku yang ia terjemahkan. Toko buku di Ibukota Negara Islam semakin banyak, hal ini menunnjukkan betapa besar perhatian kaum muslim terhadap ilmu pengetahuan. Sebelum ditemukannya alat cetak, para penjual buku bekerja menyalin buku-buku kemudian menjualnya.
Perpustakan yang paling popular di Andalusia ialah perpustakaan pemerintahan kedua dimana tersimpan 400.000 buku. Dengan segala usaha kaum Muslim berlomba-lomba mendirikan perpustakaan, bahkan kaum wanita dan hamba sahaya pun tidak ketinggalan untuk mengumpulkan buku. Ada diantara mereka yang mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan perpustakaan, mencari buku-buku dan melengkapi perpustakaan, meskipun buku tersebut harganya tinggi karena merupakan buku-buku tulisan tangan, oleh karena harganya tinggi maka tidak ada yang sanggup memilikinya kecuali hartawan dan orang-orang berada.
Berdasarkan sudut pandang sejarah, al-Fihrist karya Muhammad ibn Ishaq an-Nadim, yang telah dikenal dengan Index of Nadim, merupakan salah satu dokumen terpenting dalam kebudayaan Islam. Banyak sekali pengetahuan tentang ilmu-ilmu Islam, baik dalam terjemahan karya-karya klasik berbahasa Arab maupun dalam bentuk nuku-buku, hingga dasawarsa terakhir abad ke-19. Indeks mengenai buku-buku dari semua bangsa arab dan non Arab yang ditulis dalam bahasa arab dan huruf Arab, dalam semua cabang ilmu pengetahuan., disertai penjelasan tentang penyusunannya, kelas-kelas pengarangnya dan silsilah mereka, tanggal lahir mereka, umur mereka, tanggal kematian mereka, letak negara mereka serta kelebihan dan kekurangan mereka.
Al-Fihrist atau Index karya an-Nadim mungkin salah satu dokumen dalam bahasa arab yang paling bernilai, dan sudah barang tentu dalam keseluruhan abad pertengahan kebudayaan Islam, dengan mendaftar nama-nama penulis paling tidak yang diketahuinya baik penerjemah ataupun penulis asli yan telah menulis karya dalam bahasa Arab hingga dekade akhir abad ke-10, judul dari karya mereka, kebangsaan mereka, tanggal dan tempat mereka lahir dan meninggal dunia, serta informasi menarik tentang karakter, kecendekiawanan dan kehidupan beberapa dari mereka, an-Nadim telah melengkapi Index ini dengan bahan-bahan sejarah yang sangat penting bagi para ahli abad pertengahan, disamping para mahasiswa Muslim dan kebudayaan Arab.

  1. Kegiatan Pengorganisasian

  • Perpustakaan Baitul Hikmah

Perpustakaan Baitul Hikmah didirikan oleh Khalifah Harun al-Rasyid di kota Baghdad. Berisi tidak kurang dari 100 volume, sebanyak 600 jilid buku, termasuk 2400 buah AL-Qur’an berhiaskan emas dan perak disimpan di ruang terpisah dan berisi pula buku-buku dan tulisan-tulisan dari berbagai bahasa, antara lain bahasa hindu, Persia. Buku-buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Buku-buku lainnya tentang ilmu hukum (fiqih), tata bahasa, retorika, sejarah, biografi, astronomi,dan ilmu kimia tersimpan dalam rak buku yang luas di sepanjang dinding yang terbagi dalam susunan di atas rak-rak buku, masing-masing memiliki 1 pintu dengan sebuah kunci. Di atas pintu masing-masing bagian, tergantung satu daftar buku-buku yang ada di dalamnya, demikian pula keterangan tentang buku-buku yang tidak ada dari masing-masing cabang ilmu pengetahuan. Buku-buku di perpustakaan seperti Bayt al-hikmah, tidak ditata menurut materi subjek, tetapi diklasifikasikan sedemikian rupa. Dengan berkembangnya buku dan perpustakaan diiringi oleh kemajuan ilmu pengetahuan, banyak bermunculan pola-pola pengklasifikasian.
Banyak diantar buku-buku terjemahan dari bahasa-bahasa bukan Arab seperti bahasa Yunani dan Sanskrit, yang menyemarakan perpustakaan ini, yang terdaftar dalam sebuah katalog bernama Fihrist karya ibn an-Nadim dan kasyfu Dzunnun karya Haji Khalifah. Putra harun ar-Rasyid, Khalifah al-Makmun ar-Rasyid, diriwayatkan telah mempekerjakan cendekiawan-cendekiawan terkenal seperti al-Kindi, untuk menerjemahkan karya karya-karya Aristoteles ke dalam bahasa arab. Al-kindi sendiri menulis hampir tiga ratus buku tentang masalah-masalah kedokteran. Filsafat sampai musik yang disimpan di Bayt al-Hikmah. Musa al-khawarizmi, matematikawan ternama dan penemu aljabar juga bekerja di tempat ini dan menulis buku terkenalnya kitab Al-Jabr wa al-Muqabilah.
Perpustakaan ini dianggap sebagai perpustakaan umum pertama dalam dunia Islam, tetapi pada masa itu, bukan hanya Baghdad saja yang memiliki perpustakaan besar. Hampir semua kota besar di dunia Islam memiliki perpustakaan yang patut disebut Bayt al-hikmah ( Rumah Kebijaksanaan ) atau dar al-‘ilm ( Rumah Ilmu ). Kairo, misalnya memiliki Khazain al-Qusu, perpustakaan yang bagus sekali didirikan oleh penguasa Dinasti Fatimiyah, Khalifah al-Aziz ibn al-Muiz. Dalam empat puluh ruangannya, lebih 1,6 juta buku disimpan dengan menggunakan suatu sistem pengklasifikasian yang canggih.


  • Perpustakaan Assamaniyin

Ibnu Sina pernah menulis tentang perpustakaan Assamaniyin yang terletak di Bukhara yang beliau pernah mengunjunginya, menurutnya perpustakaan itu memiliki banyak kamar, di setiap kamar ada peti buku, rak bersusun tingkat, diantaranya berisi buku–buku bahasa Arab dan syair-syair, dibagian lain terdapat buku fiqih, begitulah setiap kamar terdapat buku mengenai ilmu-ilmu tersendiri. perpustakaan itu teratur sedemikian rupa dengan katalog yang tersusun rapi sehingga mudah bagi orang-orang yang ingin mencari buku. Setiap perpustakaan itu mempunyai pengurusnya sendiri, mempunyai juru penyalin, mempunyai penterjemah, tukang jilid dan petugas lain untuk menyerahterimakan buku-buku kepada si peminjam. Penguasa perpustakaan itu dipilihkan dari ulama-ulama, sastrawan., pengarang yang terkenal, seperti : Sahal bin Harun, Ibnu maskawiyah, dan Abi Yusuf al-Asfarayini.

  • Perpustakaan Adud ad-Dawlah

Perpustakaan Adud ad-Dawlah (wafat 982) memiliki 2 cabang. Disamping 1 perpustakaan miliknya di Basrah, ia membangun sebuah perpustakaan yang luas di pekarangan istananya di Shiraz, dipimpin oleh seorang pustakawan, seorang pengawas dan seorang direktur ( Hazin, Mastrif dan Wahil ), perpustakaan tersebut berisi banyak buku-buku literatur ilmiah. Cyril Elgood menyatakan dalam A Medical History of Persia. Buku-buku tersimpan memanjang ( dalam garis bujur ) ruang (hall) yang melengkung dengan banyak kamar di semua sudutnya, pada dinding ruang tersebut ditempatkan rak buku setinggi 6 kaki dan lebar 3 yard, terbuat dari kayu berukir, dengan pintu – pintu tertutup dari setiap cabang ilmu pengetahuan memiliki kotak-kotak buku dan katalogus yang terpisah.

  • Perpustakaan Madrasah Nizamiah
Perpustakaan lain yang tak kalah besarnya adalah perpustakaan di Madrasah Nizamiah yang didirikan pada 1065 M oleh Nizam al-Mulk yang merupakan seorang perdana menteri dalam pemerintahan Saljuk, Malik Syah. Koleksi di perpustakaan ini diperoleh sebagian besar melalui sumbangan : misalnya sejarawan Ibn al-Atsir mengatakan bahwa Muhib al-Din ibn an-Najjar al-Baghdadi mewariskan dua koleksi besar pribadinya kepada perpustakaan ini. Khalifah an-Natsir menyumbangkan beribu-ribu buku dari koleksi kerajaannya. Nizamiah mempekerjakan pustakawan-pustakawan tetap sebagai staf, yang menerima gaji besar. Hal ini bukan hanya terjadi di perpustakaan Nizamiah saja, hampir di seluruh perpustakaan zaman tersebut. Beberapa pustakawan terkenal Nizamiah adalah Abu Zakariya Tibrizi dan Ya’qub ibn Sulaiman al-Askari. Pada tahun 1116 M perpustakaan ini mengalami musibah kebakaran hebat yang menghabiskan seluruh bangunan dan isinya.

  • Perpustakaan al-Ma’arif

Perpustakaan al-Ma’arif berisi ribuan buku-buku dari setiap cabang ilmu pengetahuan dengan kalimat–kalimat indah tertulis di sampul belakang tiap-tiap volume. Tentang keadaan isinya dari pada setiap volume buku–buku kedokteran serta pengetahuan ilmiah, ditulis komentar yang bagus dan penjelasan yang bermanfaat oleh al-Ma’arif sendiri.
Sastrawan, sejarawan dan penulis risalah, Abu Bakar al-Suli, memiliki perpustakaan yang disusun menurut tema setiap buku, dan setiap cabang yang dibedakan dari warna jilidnya masing-masing


PENUTUP

Dilihat dari penataan koleksi, perpustakaan-perpustakaan zaman tersebut sudah menata buku berdasarkan klasifikasi ilmu pengetahuan tertentu. Mereka telah membuat sistem klasifikasi ilmu pengetahuan yang diterapkan untuk penataan buku di perpustakaan. Diantara klasifikasi yang paling terkenal adalah yang dibuat oleh : al-Kindi ( 801-973 M ), al-Farabi ( wafat pada 950 M ), ibn Sina ( 980-1037 M ), al-Ghazali ( 1058-1111 M ), ar-Razi ( 864-925 M ) dan ibn Khaldun ( 1332-1403 M ). Pustakawan sebagai seorang yang bekerja di perpustakaan juga memiliki kualitas yang benar-benar tinggi. Terdapat beberapa pustakawan yang bertindak sebagai pustakawan dilain pihak mereka juga adalah penulis–penulis terkenal karya-karya terjemahan dari bahasa Yunani dan Persia. Misalnya perpustakaan subur dipimpin oleh al-Murtadha, seorang alim dan cukup besar pengaruhnya di kalangan cendekiawan. Dar al-‘Ilm di Kairo dipimpin oleh Hakim Abd al-Aziz, yang terkenal karena penguasaannya akan yurisprudensi. Profesi pustakawan zaman itu memeberikan kehormatan yang tinggi dan gaji yang cukup besar.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, ‘Athiyah. Dasar –dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
Andy. Menyingkap Zaman Keemasan Perpustakaan : Refleksi historis zaman kekhalifahan. Artikel ini dikases pada tanggal 23 November 2007 dari http://www.pks-jaksel.or.id/
Arifin Thoha, Zainal. 400 Onta untuk Angkut Buku. Artikel ini diakses pada tanggal 23 November 2007 dari http://www.indomedia.com/
Goerge, A makdisi. Cita Humanisme Islam : Panorama kebangkitan intelektual dan budaya Islam dan pengaruhnya terhadap Renaisme Barat. Jakarta : serambi Ilmu, 2005
Institut Agama Islam negeri ( IAIN ). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : IAIN, 1985
Junus, mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Muhara, 1966
Nakosteen, Mehdi. Kontribusi Islam atas dunia Intelektual barat. Surabaya : Risalah Gusti, 1995
Sardar, Ziauddin. Tantangan Dunia Islam Abad 21. Bandung : Mizan, 1996

Minggu, Agustus 28, 2011

Rasa Waktu

Detik detik telah terlewati...

Semilir angin menghembus, menyibakkan rasa yang ada...

Olah rasa...Olah jiwa... menyatu dengan kalimat tak tergantikan...

Warna bunga yang dahulu memudar kini berganti....

Cerah matahari menghangatkan tubuh yang dingin...

Kini waktu kian berganti, dapatkah semua kan kembali atau terlewati???

Sabtu, Agustus 27, 2011

RAHASIA SHOLAT DHUHA

Judul : RAHASIA SHOLAT DHUHA : Menciptakan Prestasi gemilang dunia kerja.

Pengarang : Imam Musbikin

Penerbit : Mitra Pustaka

Tahun : 2008

Rasulullah bersabda tentang rahasia yang tersimpan dalam pelaksanaan sholat dhuha, yakni Alloh akan membangunkan istana bagi orang yang menjalankannya dan dosa-dosanya akan terampuni sampai bersih seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. Bila melalui sabda-sabdanya, Rasulullah SAW menginformasikan keistimewaan sholat dhuha seperti itu, maka melalui contoh dan teladan Rasulullah SAW pula kita akan mendapatkan salah satu kunci kesuksesan beliau dala berbisnis, yang tak lain juga melalui pelaksanaan sholat dhuha.
Buku ini mengulas tuntas tentang rahasia yang tersimpan di balik pelaksaan sholat dhuha. Banyak permasalahan dan keterpurukan umat islam terutama dalam bidang usaha, bisnis dan pekerjaan sekarang ini., yang apabila ditelusuri bersumber dari pelaksanaan sholat dhuha yang disepelekan. Bahkan bukan hanya disepelekan tapi enggan menjalankan sholat dhuha lantaran menganggap bahwa sholat dhuha hanya menggangu pekerjaan. Padahal kenyataannya anggapan ini salah dan kurang mendasar. Namun sebaliknya malah sholat dhuha ternyata mampu menjadi pendorong untuk tercapai sebuah prestasi yang gemilang dalam dunia kerja ataupun berbisnis