Pages

Tampilkan postingan dengan label Pustakawan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pustakawan. Tampilkan semua postingan

Rabu, Januari 16, 2008

Inter Library Loan Berbasis Otomasi

INTER LIBRARY LOAN BERBASIS OTOMASI

Oleh :

Nama : Mulki Arrahman

Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi


Pendahuluan

Setiap perpustakaan, baik kecil maupun besar perlu diatur dengan suatu sistem agar dapat memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat penggunanya. Setiap orang mengharapkan pelayanan yang baik, demikian pula pemakai perpustakaan. Pelayanan dikatakan baik apabila dapat dilakukan dengan :

1. Cepat, artinya untuk memperoleh layanan, orang tidak perlu menunggu terlalu lama,

2. Tepat waktu, artinya orang dapat memperoleh kebutuhannya tepat pada waktunya,

3. Benar, artinya pelayanan membantu perolehan sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan.[1]

Tugas pokok perpustakan adalah menghimpun bahan pustaka, mengolahnya, dan menyajikannya untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pemakainya. Bahan pustaka dapat berupa buku dan non buku, yang berisi informasi seperti : teori ilmu pengetahuan, gagasan, pengalaman seseorang, atau penemuan baru. Yang dimaksud dengan non buku antara lain adalah: film, kaset , tape. Buku dan non buku adalah tempat untuk mewadahi informasi.

Bila pengguna sebuah perpustakaan banyak menggunakan perpustakaan lain bisa jadi ada masalah dengan koleksi perpustakan itu. Namun bisa juga ada hal lain yang menyebabkan penggunanya lebih suka menggunakan perpustakaan lain seperti petugas di perpustakaan lain lebih ramah, pelayannya lebih baik, keadaan perpustakaannya lebih nyaman, lebih mudah dan cepat menemukan buku di rak, lebih dekat dengan rumah atau kantornya, jam bukanya lebih sesuai dengan waktu yang dimiliki, tempat parkirnya lebih mudah dan aman dan berbagai alasan lainnya yang tidak ada hubunnnya dengan kecukupan koleksi. Tetapi tetap saja ada kemungkinan bahwa sumber dari semua masalah adalah koleksi yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pustakawan harus mencari informasi mengapa hal itu terjadi dan alasan utama terjadi penggunaan perpustakaan lain oleh komunitasnya.[2]

Pustakawan pengembangan koleksi juga harus secara berkala memeriksa data pinjam antar perpustakaan. Bila ada buku atau jurnal yang tidak dimiliki perpustakaan, tetapi sering diminta melalui pinjam antar perpustakaan, berarti buku atau jurnal itu mempunyai peminat yang tinggi, sehingga sewajarnya bila buku atau jurnal itu dimiliki oleh perpustakaan. Bila buku atau jurnal itu sudah dikoleksi, tetapi juga banyak diminta melalui pinjam antar perpustakaan, berarti diperlukan duplikat yang lebih banyak untuk buku tersebut. Untuk jurnal yang biasanya sangat mahal harga berlanggannya, perlu dipikirkan bagaimana sistem baca di tempat yang lebih memberikan kesempatan yang merata kepada penggunanya. [3]

Sebagai pusat informasi perpustakaan saat ini harus memberikan layanan yang nyaman, aman dan lengkap bagi penggunanya. Selain kelengkapan koleksi, pelayanan dan ragam informasi yang diberikan sangat dituntut oleh pengguna. Usaha-usaha untuk pengembangan koleksi ada bermacam–macam, antara lain dengan mendirikan electronic library / digital library dimana fasilitas ini memungkinkan pengguna dapat mencari informasi di perpustakaan dengan mudah, cepat dan tepat dan tidak menutup kemungkinan untuk mencarinya di perpustakaan lain yang serupa ( electronic library ) dan sudah terkoneksi dengan jaringan internet.

Fenomena di atas memaksa perpustakaan untuk menjadikan internet sebagai bagian yang tak terpisahkan dari perpustakaan. Jadi kalau semula, layanan informasi perpustakaan diberikan melalui staf perpustakaan dan koleksi perpustakaan, maka kini layanan informasi dapat diberikan melalui internet. Pelayanan internet kini menjadi bagian integral dari perpustakaan. Adanya pelayanan internet di perpustakaan memberi warna modern pada perpustakaan.

Penerapan TI dalam bidang layanan sirkulasi pada sebuah perpustakaan dapat meliputi banyak hal diantaranya adalah layanan peminjaman dan pengembalian, statistik pengguna, administrasi keanggotaan dll. Selain itu dapat juga dilakukan silang layan antar perpustakaan atau Inter Library Loan (ILL ) yang lebih mudah dilakukan apabila teknologi informasi sudah menjadi bagian dari layanan sirkulasi ini.[4]

Inter Library Loan

Perkembangan perpustakaan tidak pernah lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Hal ini dikarenakan perpustakaan sangat berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Ketiganya saling mendukung satu dengan yang lainnya, perpustakaan memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan melalui penyimpan berbagai informasi dan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, sedangkan teknologi informasi memberikan dukungan pada kemudahan akses dan sistem informasi dalam sebuah perpustakaan.

Electronic library adalah salah satu fasilitas pencarian informasi / koleksi di perpustakaan lain tanpa dapat meminjamnya, untuk itu maka harus dirancang kerjasama dengan perpustakaan lain dalam bentuk kerjasama antar perpustakaan yang biasa disebut Inter Library Loan ( ILL ). Inter Library Loan atau yang biasa disebut atau dikenal sebagai ILL, merupakan rangkaian proses dimana terjadi sebuah pertukaran informasi baik secara fisik maupun non fisik dalam dunia perpustakaan di Indonesia ILL lebih kearah pertukaran koleksi perpustakaan yang lebih ditekankan dalam koleksi buku atau fisik. ILL terjadi apabila terdapat 2 koleksi atau lebih perpustakaan yang saling bertukar koleksi atau silang koleksi[5]. Melalui kerjasama yang dibangun diharapkan akan terjadi simbiosis mutualisme, dimana tercipta iklim yang saling menguntungkan karena keberagaman koleksi akan dicapai dengan biaya yang minim. Jumlah koleksi yang tersedia dalam lingkup kerjasama akan menjadi lebih bervariasi, sehingga kebutuhan pengguna informasi manjadi lebih terpenuhi tukar menukar bahan pustaka yang tidak relevan dapat ditukarkan dengan perpustakaan lain. Dalam pertukaran bahan pustaka perlu diadakan persetujuan tukar menukar lebih dahulu. Tujuan pertukaran adalah :

a) Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli di toko buku atau dengan alasan lain,

b) Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk membuang buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai,

c) Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antar perpustakaan.

Cara Tukar menukar bahan pustaka :

a) Perpustakaan yang mempunyai bahan pustaka lebih ( duplikat ) atau yang sudah tidak diperlukan lagi disusun dalam bentuk daftar, untuk ditawarkan. Sebelum ditawarkan setiap bahan pustaka harus diproses terlebih dahulu sesuai peraturan yang berlaku untuk dinyatakan dapat dikeluarkan dari inventaris perpustakaan yang bersangkutan. Dan daftar penawaran disusun menurut subjek kemudian menurut pengarang dan judul. Sedang daftar majalah disusun menurut judul, tahun dan nomor terbitan.

b) Perpustakaan mengirimkan penawaran kepada perpustakaan lain yang diperkirakan memiliki koleksi yang sesuai dengan bahan pustaka. Yang ditawarkan dan telah mempunyai hubungna kerjasama.

c) Perpustakaan yang menerima penawaran, mempelajari tawaran yang diterima beserta persyaratannya dan membandingkan dengan kebutuhan dan kebijakan pengembangan koleksi perpustakannya sendiri.

d) Perpustakaan yang menerima tawaran pertukaran dari perpustakaan lain, memilih bahan pustaka yang sesuai dan memilih bahan penukar yang sesuai bobotnya serta menyusunnya dalam daftar bahan pustaka yang akan ditawarkan sebagai bahan penukar.

e) Kemudian perpustakaan yang telah menerima tanggapan atas penawarannya, melakukan penilaian keseimbangan bahan pertukaran tentang subjek dan bobotnya.

f) Apabila kedua perpustakaan telah sepakat, maka tukar menukar dapat dilaksanakan.

g) Setelah menerima bahan pertukaran, masing-masing perpustakaan mengolahnya sesuai dengan prosedur penerimaan dan inventarisasi.[6]

Penutup

Dengan adanya sistem yang dilakukan oleh perpustakaan yaitu Inter Library Loan atau pinjam antar perpustakaan dapat membuat para pengguna perpustakaan dapat dengan mudah mendapatkan koleksi yang diinginkan dan tidak perlu bersusah payah mencari perpustakaan yang lengkap. Dan dengan adanya internet saat ini, pinjam antar perpustakaan secara online dapat dilakukan sehingga pengguna dapat meminjam koleksi yang ada di perpustakaan langsung dari rumah. Tidak hanya pengguna saja yang dapat diuntungkan dengan adanya internet, perpustakaan pun sebenarnya dapat diuntungkan dengan adanya internet. Dengan internet, perpustakaan :

a) Mampu lebih melancarkan proses silang layan yang sudah ada.

b) Membentuk jaringan informasi dengan lembaga-lembaga informasi baik tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasioanal.

c) Lebih dapat menyebarluaskan peran dan fungsi serta keberadannya kepada masyarakat luas.

d) Memperingkat waktu yang digunakan oleh pemakai untuk menelusur informasi yang dimilki perpustakaan.[7]

Daftar Pustaka

Arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/LPBTI.doc diakses tanggal 11 januari 2008

http://anduz.blubox.us/index.php/2007/11/28/inter-library-loan-perpustakaan-di-bandung/ diakses tanggal 7 januari 2008

http://bpip-art. Blogspot.com/2006_10_01_archive.html diakses tanggal 11 januari 2008

http://media.diknas.go.id/media/document/5096.pdf diakses tanggal 11 januari 2008

http:www.journal.unair.ac.id/login/jurnal/filer/j.%20Din.%20Sos.%2051%20april%202004%Bo65D.pdf diakses tanggal 12 Januari 2008

Soeatminah. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan.Yogyakarta: Kanisius, 1992.



[1] Soatminah. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan.yogyakarta : Kanisius, 1992. hal 17.

[2] http://bpip-art. Blogspot.com/2006_10_01_archive.html

[3] ibid

[4] Arifs.staff.ugm.ac.id/mypaper/LPBTI.doc

[5] http://anduz.blubox.us/index.php/2007/11/28/inter-library-loan-perpustakaan-di-bandung/

[7] http:www.journal.unair.ac.id/login/jurnal/filer/j.%20Din.%20Sos.%2051%20april%202004%Bo65D.pdf

Jumat, Desember 21, 2007

etika kinerja pustakawan

ETIKA PROFESI PUSTAKAWAN

Disusun oleh:

Mulki Arrahman

104025000871

Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

2007

Pendahuluan

Etika atau ethics (bahasa inggris) mengandung banyak pengertian. Dari etimologi, istilah etika berasal dari bahasa latin yaitu ethicus atau dalam bahasa yunani disebut ethicos yang berarti kebiasaan. Jadi pengertian awalnya, yang dikatakan baik adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Pengertian ini lambat laun berubah menjadi suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang tidak.

Dalam kehidupan masyarakat, kita mengenal etika pribadi dan etika social. Etika pribadi adalah tingkah laku manusia yang penilaian baik atau buruknya dilakukan secara individual, sementara etika sosial adalah tingkah laku manusia yang baik buruknya dinilai oleh lingkungan sosialnya. Dalam dunia kerja yang berhubungan pelayanan, etika pribadi dan etika sosial perlu dikembangkan secara baik agar pelayanan yang kita berikan kepada pelanggan juga bernilai baik.

Dalam dunia industri jasa pelayanan, sikap positif perlu ditanamkan pada setiap individu yang terlibat didalamnya, apalagi dalam dunia perpustakaan, pustakawan diharapakan dapat bersifat positif terhadap segala hal yang terjadi. Ketika pustakawan menghadapi pemakai perpustakaan dengan positif biasanya respons si pemakai adalah positif pula, demikian juga jika pustakawan bersikap negatif, respons yang diterima adalah negatif. Karena dengan perilaku dan tindakan yang positif maka akan datang dengan sendirinya pemikiran positif.

2. Etika Profesi

kata atau istilah profesi dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalakan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam, dengan demikian orang professional adalah orang yang melakukan sesuatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaaan itu dengan mengandalakan keahlian dan ketermpilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaannya itu.

Dengan kata lain, orang professional adalah orang yang melakukan sesuatu pekerjaan karena ahli di bidang tersebut dan meluangkan seluruh waktu, tenaga, dan perhatiannya untuk pekerjaan tersebut. Namun ini saja tidak cukup, orang yang professional adalah orang yang mempunyai komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaanya itu. Ia melibatkan seluruh dirinya dan dengan giat, tekun, dan serius menjalankan pekerjaan itu. Karena dia sadar dan yakin bahwa pekerjaanya telah menyatu dengan dirinya. Pekerjaannya itu membentuk identitas dan kematangan dirinya, dan karena itu dirinya berkembang bersama dengan perkembangan dan kemajuan pekerjaanya itu. Ia tidak lagi sekedar menjalankan pekerjaanya sebagai hobi, sekedar mengisi waktu luang, atau secara asal-asalan komitmen pribadi inilah yang melhirkan tanggung jawab yang besar dan mendalam atas pekerjaanya itu.

Sebagai pustakawan yang bekerja di perpustakaan seharusnya dituntut untuk bekerja secara professional. Artinya ia melibatkan dirinya dengan semangat, tekun, dan serius melakukan pekerjaan sebagai pustakawan. Seorang pustakawan dapat dikatakan sebagai orang yang professional apabila ia telah melibatkan seluruh dirinya beserta keahlian dan keterampilan yang dimiliki dicurahkan demi keberhsilan pekerjaannya sebagai seotang pustakawan. Karena dengan sikap professional seornag pustakawan, pustakawan tersebut mampu melatani para pengguna perpustakaan dengan penuh rasa tanggung jawab atas permintaan para pengguna perpustakaan. Jadi orang professional merupakan orang yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Pustakawan yang professional dipercya para pengguna perpustkaan untuk membantu mencari informasi agar dapat diketemukan informasi tersebut. Sehingga pengguna perpustakaan merasa puas akan kinerja pustakawan professional tersebut.

3. Ciri-ciri Pustakawan Profesional

dalam bekerja di suatu perpustakaan, pustakawan diharapkan menjadi seorang yang memiliki sikap professional dalam bekerja. Karena tidak mudah memiliki sikap professional. Karena tidak ada jalan lain menujun sikap professional kecuali dengan Belajar dan Belajar dari kesalahan masa lalu dan menjadikan pengalaman masa lalu sebagai batu loncatan untuk menjadi lebih baik.

Berikut ini adalah beberapa ciri profesionalisme:

Ø Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.

Ø Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai.

Ø Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa “ atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup. Jadi disisni perlu juga memebangun kepercayaan kepada orang lain atau atasan kita, karena kepercyaan adalah kekuatan “daya tarik” yang luar biasa. Khususnya pustakawan, dengan membangun kepercayaan kepada pengguna perpustakaan. Maka pengguna tersebut dapat percaya untuk meminta bantuan kepada pustakawan tersebut untuk memebantu mencarikan informasi kepada pengguna tersebut. Kedua, kepercayaan akan mampu mengurangi sekian potensi problem dalam hubungan antar manusia.

Ø Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan pikiran dan perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.

Penutup

Dalam melakukan pekerjaan, dalam profesi apa saja atau profesi pustakawan sekalipun sikap professionalisme sangat diperlukan dalam bekerja, untuk meningkatkan kinerja yang lebih baik. Karena orang-orang professional adalah orang-orang yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya karena mereka ahli, terampil, punya komitmen moral, bertanggung jawab, tekun, penuh disiplin dan serius dalam menjalankan tugas pekerjaan.

Daftar Pustaka

Achmad, Zein. Membangun Psikologi Kerja dan Aplikasi Etika Profesi. Jakarta: LP3I,2007

Ubaydillah. “Membangun Kepercayaan”. Artikel diakses pada 4 Juni 2007 dari http:// www.e-psikologi.com/pengembangan

La Rose. Pengembangan Pesona Pribadi. [ s.l.?] : Pustaka Kartini, 1998

Ridha, Akrim. Menjadi Pribadi Sukses. Bandung : Asy Syamil, 2002